Indeks
Aceh, Migas  

MKEI Jajaki Kolaborasi Hulu Migas dengan K3S Guna Perkuat Ketahanan Energi Nasional

Masyarakat Ketahanan Energi Indonesia (MKEI)
Kegiatan Masyarakat Ketahanan Energi Indonesia (MKEI). đź“·: Dok. MKEI

Jakarta | Aliansi.ID — Masyarakat Ketahanan Energi Indonesia (MKEI), sebuah organisasi independen yang berfokus pada isu-isu ketahanan energi, secara proaktif menjajaki potensi kolaborasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).

Upaya ini dilakukan sebagai langkah strategis untuk mengatasi tren penurunan produksi migas nasional yang saat ini rata-rata hanya mencapai 580 ribu barel per hari.

Ketua Umum MKEI, Awaf Wirajaya, menyatakan bahwa inisiatif ini bertujuan agar MKEI dapat berkontribusi secara tidak langsung dalam peningkatan produksi migas nasional.

“Sektor hulu migas merupakan indikator krusial dalam aspek ketersediaan energi, dan peningkatan produksi menjadi prioritas utama demi mewujudkan ketahanan energi nasional yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berdaulat,” tulis Awaf dalam rilisnya, Sabtu (29/6/2025).

Pada minggu ketiga dan keempat bulan Juni, MKEI telah berdiskusi intensif dengan tiga K3S yang merepresentasikan beragam entitas: Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai perusahaan BUMN, Harbour Energy sebagai perusahaan swasta internasional, dan Energi Mega Persada (EMP) sebagai perusahaan swasta nasional.

PHE adalah subholding upstream dari Pertamina (Persero), sementara Harbour Energy merupakan perusahaan asal Inggris dengan wilayah kerja global. EMP, anak usaha Bakrie Group, memiliki wilayah kerja di Indonesia dan Mozambik.

Diskusi tersebut mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi di masing-masing wilayah kerja K3S. Kendala-kendala tersebut meliputi isu pembebasan lahan, penolakan eksploitasi sumber daya alam, permasalahan tenaga kerja lokal, pemblokiran akses lokasi, demonstrasi hingga kecemburuan terhadap program CSR prioritas.

Awaf menegaskan, “Setiap wilayah kerja tentu memiliki tantangan tersendiri. Namun, upaya kita adalah meminimalkan hambatan tersebut demi kelancaran operasi dan peningkatan produksi migas nasional.”

Dengan memetakan kendala-kendala dari tiap wilayah kerja, MKEI akan menyusun skala prioritas untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara K3S dan masyarakat sekitar.

“Konsep ini sejalan dengan aspek acceptability dalam ketahanan energi, di mana penerimaan masyarakat terhadap proyek energi akan menciptakan iklim operasional yang kondusif,” terangnya.

“Silaturahmi dan diskusi ini membuka peluang bagi MKEI untuk bermitra dengan perusahaan-perusahaan dalam menyusun solusi atas tantangan di wilayah kerja,” tutup Awaf Wirajaya, mengindikasikan komitmen MKEI untuk mendukung peningkatan produksi migas nasional melalui pendekatan kolaboratif dan pembangunan hubungan yang baik dengan masyarakat. []

Editor : RedaksiSumber : Ril
Exit mobile version