Jakarta | Aliansi.ID — Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2019–2024 asal Aceh Prof. Dr. Ir. H. Abdullah Puteh M.Si, mengungkapkan sejumlah alasan dirinya mendukung Tgk. H. Muzakir Manaf (Mualem) dalam kontestasi Pilkada Aceh tahun 2024.
Hal tersebut disampaikan mantan gubernur Aceh periode 2000–2004 kepada sumber media ini dalam suatu pertemuan di Jakarta, Jumat (27/9/2024).
“Ya syukur Alhamdulillah saya bisa melihat walaupun melalui youtube bagaimana Mualem calon gubernur Aceh menyampaikan visi dan misi yang konon kabarnya menarik,” ujarnya mengawali pembicaraan.
Dirinya melihat dari pemaparan-pemaparan yang disampaikan Mualem, yang menarik perhatiannya adalah pilihan Mualem tentang program utamanya.
“Saya lihat ada tujuh poin yang disampaikan, tapi dua diantaranya menarik perhatian saya. Pertama tentang menjalankan Syari’at Islam secara kaffah. Kaffah dalam artian sangat sempurna. Kalau kita bandingkan sekarang, tentu banyak masih kurangnya meskipun deklarasi (Syari’at Islam) kan sudah lama sebetulnya. Jadi ini sebetulnya ketidakpuasan semua kita,” ungkapnya.
Menurutnya, wacana Syari’at Islam yang sudah dideklarasikan belum berjalan maksimal. Sehingga poin ini penting untuk menunjukkan ke depan memang Aceh sebagai satu-satunya provinsi dengan dengan Syari’at Islam harus melakukan sesuatu yang berbeda dengan 37 provinsi lain di Indonesia.
“Kita harus jadi tauladan dan kita harus berdiri di depan. Dan itu sebabnya kita menamakan Serambi Makkah kemudian kita Nanggroe Aceh Darussalam. Nah, itu yang saya kira tepat. Jadi Mualem sudah mengambil program yang tepat,” katanya.
“Yang kedua tentang pertanian. Nah ini juga saya kira luar biasa bagus pengambilan program prioritas ini, tentu ini respons terhadap apa yang hari ini orang menyebutkan atau menstigma Aceh termiskin di Sumatera. Termiskin artinya nomor satu miskin dari 10 provinsi Sumatera, kita paling miskin. Nah ini semua sesuatu yang boleh dikatakan tidak masuk akal. Dengan anggaran yang kita punyai otonomi khusus, kok kita bisa miskin? Tapi sudahlah Mualem nggak bicara itu tapi sekarang apa yang harus dilakukan?,” ucapnya.
Memilih sektor pertanian, kata Puteh, berarti memilih masyarakat yang banyak di Aceh. “Kita tahu 70 persen masyarakat bidang pertanian. Kalau disebut masyarakat Aceh miskin di Sumatera yang miskin ternyata petani kita. Nah, oleh karena itu, gerakan program pertanian ini dilakukan secara bertahap dan secara berskala sehingga prioritas itu nanti yang harus dilakukan,” bebernya.
“Misalnya sekarang kalau masyarakat miskin, menurut PBB, menurut UN (United Nations) itu masyarakat miskin, yaitu orang yang tidak punya penghasilan dua dolar sehari, tidak punya uang 31 ribu sehari. Nah, bagaimana kita bisa dapat? Nah kalau sawit 5 juta per hektar itu sudah luar biasa. Tapi kita semua sepakat dikaitkan dengan keinginan kita menjaga lingkungan hidup, mengurangi di bidang persawitan, tentu harus ada pilihan lain,” ungkapnya.
“Aceh punya kekayaan luar biasa, misalnya sekarang di Aceh ada tanaman Nilam. Ternyata Nilam itu harganya tinggi, sekarang satu liter itu 1,9 juta. Padahal pada satu hektar ditanam 10 ribu tumpukan. Tumpukan daripada Nilam ini, yaitu 40 tumpukan sudah 1 liter. Artinya dengan menanam Nilam, disebutkan sebagai satu tanaman unggulan. Itu ajakan maju sehingga saya menganggap pemilihan daripada Mualem itu sangat tepat sekali.”
“Saya berharap bahwa pak Mualem suatu waktu bisa menguraikan lagi nanti, bagaimana tata kelola di sektor pertanian untuk masyarakat Aceh,” tutur putra Aceh Timur ini.
“Apalagi dikaitkan dengan tanah masyarakat yang banyak telantar. Padahal kita punya pagu-pagu yang namanya KUR, Kredit Usaha Rakyat yang bisa diambil oleh masyarakat. Tentu tanah mereka ini kalau sekarang belum bersertifikat mungkin juga bagus dilakukan sertifikasi tanah masyarakat nanti,” tambahnya.
Mualem Sosok yang Santun
“Jadi saya memilih Mualem sebagai calon gubernur kita dan saya berharap dia terpilih karena yang pertama kan kita dalam Islam ini disuruh memilih atau bagaimana seorang Muslim itu memilih akhlakul karimah. Saya melihat Mualem adalah satu sosok yang menunjukkan paling tidak karakternya demikian. Saya tidak pernah melihat Mualem itu marah-marah, kemudian dia low profile dan selalu dengan semua orang dia berkomunikasi sama, tidak memilih kawan, itu satu sikap Mualem yang bagus menurut saya,” ungkap Puteh.
“Yang kedua, saya juga tahu ketika Mualem jadi gubernur nanti dia mempunyai teman yang menentukan bangsa Indonesia sekarang ini. Temannya ya Prabowo, saya kira untuk Aceh yang sangat jauh dari ibu kota kita perlu seorang gubernur yang dekat dengan Presiden terpilih. Presiden sudah terpilih, saya kira tidak ada orang lain hari ini yang bisa berkomunikasi seperti Mualem dengan Prabowo. Dan itu kita butuhkan karena nasib sebuah provinsi, yang pernah saya alami waktu saya dulu, bagaimana kita mampu berbisik dengan yang namanya Presiden. Karena anggaran yang kita minta itu kalau dengan proposal segala macam, itu penuh lemari proposal itu tapi belum tentu dapat,” imbuhnya.
“Tapi dengan berbisik yang pas, lima menit bisa dapat anggaran besar, itu yang kedua,” ujarnya.
“Nah yang ketiga, juga saya lihat Mualem kita ini, dia kesehariannya itu kan tahu kita sejak dia tamat SMP mungkin waktu SMA dia tinggalkan sekolahnya dia masuk ke hutan. Kenapa saya pilih? Karena masyarakat yang akan dipimpin Mualem ini masyarakat desa, 70 persen masyarakat desa itu yang akan dipimpin itu, harus tahu mendekati secara ke-Acehan.”
“Mualem saya kira cukup mampu begitu karena dia selalu masuk hutan, selalu di desa, berbeda dengan kita di Jakarta, kita gak tahu kadang-kadang karakter masyarakat,” sambung Ketua Umum DPP KNPI periode 1984–1987 ini.
Lanjutnya, pendekatan ini penting dengan masyarakat. “Sehingga dulu saya juga kampanye Mualem waktu dia jadi wagub dengan Pak Zaini dulu. Saya bilang saya pilih pasangan ini karena kalau Pak Zaini ahli luar negeri kalau Mualem ini ahli perdesaan. Jadi ini pas karena kita menghadapi masyarakat kita di Aceh ini adalah masyarakat desa dan masyarakat desa itu perlu sentuhan yang namanya pemerintah, sentuhan gubernur, bupati. Nah saya berharap ketika Mualem mungkin nanti dia bisa membawa masyarakat dengan sentuhan-sentuhan yang ada pada karakter dari para Mualem, itu saja.”
Sosok Leader pada Diri Mualem
“Yang keempat bahwa Mualem itu mempunyai leadership (kepemimpinan) dan itu saya kira fakta juga. Mualem ketika dia setelah selesai dari Libya menjadi pemimpin salah satu pasukan besar Aceh yang berhadapan dengan sebuah bangsa besar juga, tapi dia mampu me-manage pasukannya itu sehingga dari waktu ke waktu menunjukkan kemampuan. Nah kalau kemampuan di bidang militer di tengah konflik yang besar itu Mualem mampu, saya kira, saya yakin dia bisa memimpin suatu pemerintahan nanti, dengan bantuan semua kita untuk membuat daerah ini bisa maju lebih kedepan,” umbar Puteh.
“Jadi faktor kita sekarang sebetulnya bukan melihat seorang pemimpin yang harus dia seorang profesor atau seorang intelek, atau seorang yang kaya atau seorang yang bagaimana? Tapi seorang yang mampu me-manage, seorang leadership, karena kepemimpinan itu ada pada leadership. Kalau leadership nggak ada apa pun kita punya, ya nggak jalan juga. Jadi mudah-mudahanlah Mualem leadership-nya, punya kemampuan,” pungkas Abdullah Puteh. []